gambar ilustrasi
sumber gambar: edukasi.kompasiana.com
Untuk menjadi seorang penulis professional bahan bacaan orang
tersebut harus lebih banyak, mengapa? Ya sederhananya yang pernah saya tulis
sebelumnya di artikel RBI bahwa layaknya seorang guru, untuk menjadi guru yang
terbaik (harus) mmerupakan murid yang terbaik atau pelajar yang terbaik,
mengapa lagi?
Ya karena pekerjaan menulis adalah pekerjaan menyampaikan sebuah
informasi (yang bermanfaat tentunya) kepada orang yang lebih banyak dan lebih
luas jangkauanya dari sebelumnya sehingga sseorang penulis haruslah memiliki
ilmu tentang gaya bahasa secara tulisan yang ia pelajari dari bacaan-bacaan
yang ia pernah baca agar penulis tersebut dapat belajar membandingkan dan
menemukan ciri khas/ perbedaan gaya bahasa bagi dirinya, misalnya yang pernah
membaca suatu buku dan memperbandingkan gaya bahasa dari setiap buku tersebut
pastilah menemukan perbeadaan gaya bahasa dari antara 1 tulisan (buku, artikel,
makalah dll.) dengan yang lainnya dari yang menulis, walau mungkin sedikit ada
yang sama namun boleh jadi tak serupa, ya serupa tapi tak sama, nah tinggal
bagaimana sahabat pembaca sekalian menemukan gaya bahasanya masing-masing,
karena antar manusia itu unik dan dikenal dengan bebagai bahasa (maupun gaya
bahasa) yang digunakanya.
Pertanyaan selajutnya adalah bagaimana gaya bahasa tulisan anda?
Apakah keunikan anda mau disamakan dengan orang lain? Mau menjadi yang paling
best dari diri sendiri sendiri secara mandiri atau mau terus mem follow orang
lain sampai-sampai disebut sebgai plagiator? :p Gak papa boleh jadi untuk masa
belajar asal yang di follow adalah tentang sikap prilaku tentang kebaikan dan
kebenaran serta sertakan sumber referensinnya juga, hehehe dijamin gak rugi,
insyaAlloh.
Ok itulah seseorang dapat
dikenal dari bahasa yang ia gunakan, dimana ia memperoleh bahasa tersebut? ya
tentunya dari membaca, membaca tulisan ataupun membaca situasi dan kondisi,
maka dari itu bukan hanya aspek penglihatan saja yang kita gunakan untuk
membaca, lha orang tuna netra aja masih bisa baca, hehehe, ya rekan-rekan kita
masih bisa membaca dengan indra mereka yang lain terutama indra peraba, nah kan
membaca tak harus menggunakan fungsi penghelihatan mata saja bukan?, bahkan
hebatnya rekan-rekan yang tina netra tersebut masih dapat melakukan aktivitas
normalnya walaupun sering dikatakan tidak normal, nak kita yang dikatakan orang
normal bahkan terkadang masih ada aja juga yang sikap serta prilakunya belum
bisa disebut sebagai manusia yang berakal maupun yang memiliki hati nurani, ya
saya juga bukan manusia sempurna, masih banyak sekali kekurangan, yuk kita
bersama-sama menyadarinya, mohon ampun padaNya dan senantiasa mensyukuri
nikamat-nimat yang tak terhitung yang telah diberikan olehNya, ya sebut salah
satunya masih bisa diberikan udara yang gratis, karena masih banyak
saudara-saudara kita di RS yang secara kebanyakan masih memerlukan bantuan
tabung untuk bernafas dan harganya mahal, coba cek sendiri harga oksigen per
tabung dim bah google, jika tak salah bisa mencapai ratusan hingga jutaan
rupiah menurut kuntitas oksigennya, allhualam.
Semua aspek indra dapat digunakan untuk membaca, ada seorang penulis
(dosen dan politikus) yang bernama Hellen Keler terlahir tuna wicara, tuna
netra dan tuna rungu namun tak buta hati, masih bisa mengunggkapkan
gagasan-gagasan pendidikanya dalanm suatu tuisan bahkan buku, cek lagi nama
tersebut dim bah google hehehe, than sekian dulu ya sob, insyaAlloh we will be
counttinue our writing J
_to be countinue_
gambar ilustrasi
0 komentar:
Posting Komentar